Episode 1 Gerbang Universitas Siliwangi
Pertama
memang sebuah penglihatan tentang pengalaman melepas masa SMA di SPMA Garut
membuat sadar tentang satu hal yang akan diberikan untuk diulang kemudian hari,
sadar memang tentang satu hal diri ini tak cukup pintar untuk melaukan sesuatu
saat ini, harus ada satu penglihatan yang diukirkan nantinya, “ apa yang kulakukan adalah aku yang
melakukan, bukan orang lain, bukan mereka, tapi aku yang akan lakukan” ungkap
dalam benak ini.
Sabtu
pagi cuaca dingin yang dirasakan begitu amat hangat, tak seperti cuaca biasanya
di Cikajang, apa ini artinya cuaca ini mendukung kehangatanku yang akan segera
ditinggalkan beberapa hari kemudian, meninggalkan kebiasaan yang bangun telat,
dan diharuskan merasakan penatnya kehidupan nanti, Allah memang selalu adil
terhadap hambanya, selalu memberikan hidayah nya walawpun tanpa kita sadari,
yaa contoh halnya ketika seseorang menyuruh kita berbuat baik, secara tidak
langsung hidayah nya ia berikan, mamah selalu berkata seperti itu.
Hari
hari kemudian mungkin raga ini akan tinggal di daerah yang amat panas, yah
tempat yang berisik, bangunan dimana mana, huft ragu nya meninggalkan cikajang
ketika semua kehangatan begitu terasa, tapi memang harus dirasakan juga bahwa
nantinya harus ditinggal juga untuk mengumpulkan kekuatan ini, kekuatan untuk
melawan sesuatu, kekuatan yang harus dibenamkan dalam diri ini bahwa semua
bisa, yah..... semua bisa apa sih yang tak bisa.
Seminggu
berlalu tepat hari juma’t kemudian siap menuju kota tasikmalaya, tasikmalaya
kota kelahiranku 30 januari 1991, dulu bayi ini merengek disana dengan 2 gigi
nya yang tumbuh sebelum waktunya, kini aku pergi lagi kesana dengan postur
tubuh lumayan tinggi lah 168 cm dengan kulit sawo matang dan rambut yang
bergelombang, hoshhh.... eluhan nafas ini mulai terasa dinginnya melepas
beratnya rasa untuk memulai kehidupan baru di Tasikmalaya. “aku berangkat”.
Perjalanan
menuju Tasik yang dirasakan begitu pekat akan sebuah keraguan, pikirku melayang
tentang apa yang akan kulakukan nantinya ditanah siliwangi itu, “hehe” tertawa
sedikit memang perlu juga untuk sedikit menenangkan hati ini yang penuh dengan
keraguan, tapi tak apalah mungkin ini suatu takdir yang harus dilakukan dan
untuk hal itu bisa dilakukan.
Jl.
Winaya baru perum pdk tempat yang akan dituju belakang tanah universitas
siliwangi yang penuh dengan hamparan sawah saat itu, menyenangkan tempat yang
sejuk penuh dengan ketenangan, rumah ini memang rumah salah satu dosen fakultas
pertanian universitas siliwangi, Jenal Abidin itulah nama bapak kost yang akan
kutingali beberapa dekade kedepan, beliau mempunyai 4 orang anak perempuan
masih kecil kecil paling besar baru mau menginjak kelas 1 sma, pak Jenal
merupakan sahabat karib bapakku semasa dibangku perkuliahan di univesitas
siliwangi tahun 90’an lah, dan sat itu aku baru lahir.
Sore
ini dimulai dengan perpisahan dengan orang tua yang mengantarku, memulai hidu
yang baru ditanah tasikmalaya, kupandangi sebagian kecil kamarku yang mulai
kerasa panasnya malam ini. Hah memang panas banget, yah mulai tidur dengan
ranjang yang panas untuk memulain mimpi pertama dikamar ini.
gerbang disana mengantarkanku awal penglihatan tentang dimulainya suatu perjalanan yang menerpa disana, apa jadinya setelah ini dan apa sekenario selanjutnya yang akan terjadi. tak taulah, tapi yang jelas universitas siliwangi tasikmalaya sampai sekarang masih tetap dalam ingatanku, ingatan yang tak pernah terlupakan mengenai gerbang tekad, kesungguhan dan impian yang akan dijalani.
0 comments:
Post a Comment